"Negeri rantau terlalu kejam di saat usiaku yang tidak lagi muda. Bermodal keinginan untuk menafkahi keluarga, aku pergi melangkahkan kaki meninggalkan anak dan istriku demi sesuap nasi dan senyum bahagia mereka. Letih ini tak ku hiraukan, terpisah jauh dari mereka harus ku tahan rindu yang menusuk hati.
Empat bulan yang lalu aku berangkat dari Bandung dengan bis antar lintas sumatera. Salah satu teman menawarkanku pekerjaan bangunan dengan upah yang banyak. Upah itu lebih mahal dibanding aku berada di jawa. Istriku mengizinkan aku untuk berangkat. Bersama 6 orang yang lain aku paling tua di antara mereka. Dan aku yang paling lambat di antara mereka.
Sampailah aku di Pekanbaru, aku tinggal di mes bangunan yang tersedia. Pekerjaanku setiap harinya mengantar semen dari bawah ke lantai atas, atau membantu mengaduk semen. Pekerjaan membawa barang berat pun sering aku lakukan walau kaki ini tak kuat menahanya. Hampir setiap hari aku mendengar amukan, teriakan dan teguran dari mandor proyek. Aku tahu ini lamban, terkadang aku menjatuhkan barang yang tak sanggup aku angkat.
Keluarga mereka penyemangatku sampai hari ini, mereka juga yang membuat aku terus berkerja. Namun apa daya tubuh ini terlalu renta dengan pekerjaan berat ini. Satu bulan terakhir aku merasakan sakit dalam tubuh, aku tahan yang aku inginkan hanya satu, saat ini aku ingin pulang berkumpul dengan keluarga."
Sahabat Mari Bantu perkenalkan Bapak Isoma 66 tahun. Pria asal Garut ini sedang berada di Negeri Lancang Kuning Pekanbaru-Riau. Bapak Isoma awalnya di tawari bekerja untuk menjadi tukang bangunan dengan upah Rp,100.000-,per-hari. Pekerjaan yang di lakukan hanyalah mengaduk semen dan mengantar semen untuk sebuah rumah yang sedang di kerjakan. Namun ketika sampai di lokasi kerja, Bapak Isoma hanya di beri upah Rp,60.000-,per-hari. Faktanya bukanlah membangun rumah, tapi bangunan hotel mewah yang bertingkat-tingkat yang harus para pekerja kerjakan. Sontak Bapak Isoma ini kaget dengan kondisi pekerjaan yang belum terbayangkan sebelumnya.
Bapak Isoma tetap bekerja sekuat tenaga karena apa boleh buat, jika ingin pulang pun Bapak Isoma tidak punya uang untuk biaya. Dengan kondisi yang tidak lagi muda namun dihadapkan oleh pekerjaan yang keras. Kondisi Bapak Isoma saat ini sering sakit-sakitan. Ia pun sering mendapatkan perilaku yang tidak mengenakan seperti di caci maki atau di permalukan di tempat umum. Karena pekerjaan yang selalu salah.
Beliau sudah pikun. Beliau selalu lupa apa yang harus dikerjakan untuk kebutuhan bangunan. Dengan kondisi Bapak Isoma yang seperti itu. Beliau diusir oleh teman-teman satu mesnya. Akhirnya Bapak isoma tinggal bersama pekerja lain yang sama-sama dijauhi oleh oleh para pekerja. Bapak Isoma dan temannya menyewa kamar kos bareng-bareng. Sayangnya teman Bapak Isoma mengidap TBC akut. Akhir-akhir ini Bapak Isoma sering pingsan di area kerja karena sesak nafas. Namun Bapak isoma belum ke dokter karena tidak ada biaya dan belum ada yang mau membantunya.
Sahabat Mari Bantu ayuk bersama sisihkan uang kita Rp,10.000- saja untuk Bapak Isoma. Bersama membantu Bapak Isoma. Untuk pulang ke rumah dan berkumpul lagi dengan keluarga. Bersama akan terasa lebih ringan.
Bantu Bapak Isoma pulang ke kampung halamannya dengan cara mentransfer donasi ke rekening :
atas nama Yayasan Mari Bantu.
Mandiri : 131 00131 24625
BNI : 4 222 5 333 9
Untuk konfirmasi silahkan klik tombol konfirmasi kemudian isi formulir dengan lengkap.
Donasi Untuk :Santunan Jompo dan dhuafa
Ikuti kami di:
Empat bulan yang lalu aku berangkat dari Bandung dengan bis antar lintas sumatera. Salah satu teman menawarkanku pekerjaan bangunan dengan upah yang banyak. Upah itu lebih mahal dibanding aku berada di jawa. Istriku mengizinkan aku untuk berangkat. Bersama 6 orang yang lain aku paling tua di antara mereka. Dan aku yang paling lambat di antara mereka.
Sampailah aku di Pekanbaru, aku tinggal di mes bangunan yang tersedia. Pekerjaanku setiap harinya mengantar semen dari bawah ke lantai atas, atau membantu mengaduk semen. Pekerjaan membawa barang berat pun sering aku lakukan walau kaki ini tak kuat menahanya. Hampir setiap hari aku mendengar amukan, teriakan dan teguran dari mandor proyek. Aku tahu ini lamban, terkadang aku menjatuhkan barang yang tak sanggup aku angkat.
Keluarga mereka penyemangatku sampai hari ini, mereka juga yang membuat aku terus berkerja. Namun apa daya tubuh ini terlalu renta dengan pekerjaan berat ini. Satu bulan terakhir aku merasakan sakit dalam tubuh, aku tahan yang aku inginkan hanya satu, saat ini aku ingin pulang berkumpul dengan keluarga."
Sahabat Mari Bantu perkenalkan Bapak Isoma 66 tahun. Pria asal Garut ini sedang berada di Negeri Lancang Kuning Pekanbaru-Riau. Bapak Isoma awalnya di tawari bekerja untuk menjadi tukang bangunan dengan upah Rp,100.000-,per-hari. Pekerjaan yang di lakukan hanyalah mengaduk semen dan mengantar semen untuk sebuah rumah yang sedang di kerjakan. Namun ketika sampai di lokasi kerja, Bapak Isoma hanya di beri upah Rp,60.000-,per-hari. Faktanya bukanlah membangun rumah, tapi bangunan hotel mewah yang bertingkat-tingkat yang harus para pekerja kerjakan. Sontak Bapak Isoma ini kaget dengan kondisi pekerjaan yang belum terbayangkan sebelumnya.
Bapak Isoma tetap bekerja sekuat tenaga karena apa boleh buat, jika ingin pulang pun Bapak Isoma tidak punya uang untuk biaya. Dengan kondisi yang tidak lagi muda namun dihadapkan oleh pekerjaan yang keras. Kondisi Bapak Isoma saat ini sering sakit-sakitan. Ia pun sering mendapatkan perilaku yang tidak mengenakan seperti di caci maki atau di permalukan di tempat umum. Karena pekerjaan yang selalu salah.
Beliau sudah pikun. Beliau selalu lupa apa yang harus dikerjakan untuk kebutuhan bangunan. Dengan kondisi Bapak Isoma yang seperti itu. Beliau diusir oleh teman-teman satu mesnya. Akhirnya Bapak isoma tinggal bersama pekerja lain yang sama-sama dijauhi oleh oleh para pekerja. Bapak Isoma dan temannya menyewa kamar kos bareng-bareng. Sayangnya teman Bapak Isoma mengidap TBC akut. Akhir-akhir ini Bapak Isoma sering pingsan di area kerja karena sesak nafas. Namun Bapak isoma belum ke dokter karena tidak ada biaya dan belum ada yang mau membantunya.
Sahabat Mari Bantu ayuk bersama sisihkan uang kita Rp,10.000- saja untuk Bapak Isoma. Bersama membantu Bapak Isoma. Untuk pulang ke rumah dan berkumpul lagi dengan keluarga. Bersama akan terasa lebih ringan.
Bantu Bapak Isoma pulang ke kampung halamannya dengan cara mentransfer donasi ke rekening :
atas nama Yayasan Mari Bantu.
Mandiri : 131 00131 24625
BNI : 4 222 5 333 9
Untuk konfirmasi silahkan klik tombol konfirmasi kemudian isi formulir dengan lengkap.
Donasi Untuk :Santunan Jompo dan dhuafa