Di sebuah perkampungan, hiduplah seorang petani yang memiliki sebidang tanah pertanian. Pada awalnya, tanah yang dia miliki merupakan lahan yang subur dan produktif. Namun, karena kekurangpuasan si petani akan hasil yang diperolehnya, dia berpikir untuk melakukan perkerjaan lain yang dianggapnya lebih menggiurkan.
“Aku harus mencari pekerjaan lain!” kata si petani.
Petani itu tidak lagi menghiraukan lahannya. Akhirnya, lahan pertanian miliknya menjadi kering dan tandus.
Tersiar kabar, di sebuah kota ditemukan bijih emas. Petani yang ingin nasibnya berubah ingin ikut mencari emas tersebut. Ia dan seluruh masyarakat berbondong-bondong menuju kota tersebut. Bijih emas itu memang ditemukan, tetapi jumlahnya sedikit. Hal itu membuat banyak orang penasaran untuk terus mencari. Termasuk si petani.
“Kalau aku bisa mendapatkan emas lebih cepat, aku akan kaya!” pikir si petani.
Si petani kemudian menyusun rencana yang matang untuk melakukan pencarian harta karun itu. Mencari harta karun ternyata membutuhkan biaya yang banyak. Si petani lalu menjual lahannya karena dia merasa lahan miliknya sudah tidak produktif lagi. Tetangga si petani adalah seorang yang suka bekerja keras. Dia melihat lahan yang tidak produktif itu bisa menjadi lahan yang produktif kembali jika diurus.
“Berarti lahan ini sudah menjadi milikku,” kata si tetangga.
“Tentu saja! Uangmu aku terima,” jawab si petani.
Hasil penjualan lahan digunakan si petani untuk diam di kota yang dianggap memiliki harta karun lebih banyak. Tetangga si petani itu mulai menggarap lahan dengan serius. Dia mencangkul dan kembali menggemburkan tanah, mengairinya, dan menanam tanaman yang dibutuhkan masyarakat. Hingga panen tiba, hasil yang didapatkan sungguh luar biasa. Hasil panen lebih dari yang diharapkan. Sekarang tetangga itu menjadi petani yang sukses.
Pada suatu hari, ketika lahan sedang dicangkuli untuk penanaman bibit yang kedua, tetangga petani melihat sinar gemerlap dalam tanah. Dengan rasa penasaran, dia mendekati sinar itu. Sebuah batu yang indah tampak di sana. Dia lalu mengambilnya dan membawanya ke kota untuk diperlihatkan pada tukang batu. Ternyata, batu yang diambilnya adalah sebuah permata yang mahal harganya.
Dia lalu pulang dan terus menggali lahan secara merata. Ditemukan begitu banyak batu permata disana. Dia pun menjadi seorang petani yang sukses dengan limpahan harta. Si Petani yang mencari harta karun mendengar kabar itu, dia menyesal tidak menyadari bahwa lahannyalah yang akan memberinya kekayaan. Dia kini hanya bisa menangis dan menyesal.
“Barang siapa mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya (tidak benar) maka Allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah (longsor).” –HR AL-BAIHAQI